Laman

SIAPA YANG PEDULI DENGAN PRIA TAK DIKENAL YANG MEMPROTES HIDUP DENGAN MENCEBURKAN DIRI DI KALI?





INI TULISAN YANG GUE BUAT SETAHUN SILAM UNTUK KONTRIBUSI ZIENYA ‘ADI –( blitar )’. BERHUBUNG ZINENYA NGGAK KUNJUNG TERBIT, MENDINGAN GUE TARO DISINI BUAT DOKUMENTASI HEHE.

Gue sedang sibuk dengan tumpukan cucian di ember, ketika mendengar ada rame-rame diluar. beberapa ibu-ibu sekilas gue lihat berlarian ke arah gang, syaraf2 otak gue langsung mengirimkan sinyal bahwa sesuatu yang 'nggak biasa' sedang terjadi. mungkin ada tawuran, kebakaran, atau perkelahian? yang jelas bukan gempa bumi karena gue nggak ngerasain goncangan apapun.

secepat sinyal kiriman otak itu diterima, gue pun melesat keluar ingin tahu hal 'nggak biasa' apa yang sedang terjadi diluar. dan rupanya bukan hanya gue yang keluar ingin tahu, karena gang kecil depan rumah bibi gue mendadak penuh dengan derapan kaki dan wajah bingung campur panik warga kampung yang semuanya menuju ke satu titik, yaitu jembatan kali keruh yang membelah daerah kumuh Serdang, Kemayoran. Udara tiba-tiba dipenuhi dengan tanda tanya dan tanda seru yang keluar dari masing2 kepala warga kampung.

satu orang berteriak sudah cukup menjelaskan apa yang sedang terjadi.
" ada orang nyemplung ke kali!! "

gue langsung ke pusat peristiwa sementara beberapa ibu-ibu langsung panik dan histeris sambil mencari-cari anaknya, apa yang gue saksikan di depan muka gue kemudian sungguh mencekam. biasanya gue hanya melihat peristiwa seperti ini di film2, tapi yang ini nyata, tepat di depan muka gue sendiri.

di kali keruh ( diperkirakan sedalam 8 meter ) itu terlihat 2 orang anak manusia sedang bergelut. yang satunya gue kenal sebagai bapaknya Yayat yang sering maen PS sama gue, sementara yang satunya adalah pria berusia sekitar 30-an namun nggak gue kenal. keduanya timbul tenggelam di sungai, sampai akhirnya hanya bapaknya Yayat yang terlihat menyembul ke atas megap2 sambil menggapai-gapai, beruntung ada beberapa siswa STM yang dengan sigap meraih tangan nya dan segera mengangkatnya dari kematian. wajahnya shock. lalu kemana pria berusia 30-an itu? apa yang sebenarnya terjadi?

Siswa STM yang mengetahui detil peristiwa dari awal, bercerita dengan penuh semangat kalau bapaknya Yayat tadi sebenarnya sengaja terjun ke kali untuk menolong pria tak di kenal yang dikiranya terjatuh dari jembatan. lalu seorang ibu2 yang kebetulan juga menyaksikan peristiwa itu dari awal, menambahkan kalau si pria tak dikenal itu malah memukuli, menggigit dan menendangi bapaknya Yayat seperti menolak untuk di selamatkan. dalam hati gue membenarkan kesaksian si ibu, karena tadi gue juga sempat melihat pergumulan mereka. apa yang dilakukan pria tak dikenal itu jelas bukan sikap panik orang yang tenggelam, karena tangannya mengepal membentuk tinju tidak mencakar atau mencekik. dia jelas menolak di selamatkan.

orang2 tidak punya waktu untuk memikirakan apa yang sebenarnya terjadi, fokus mereka kini ke penyelamatan atau pencarian tubuh pria tak dikenal yang sekarang tenggelam tak pernah timbul keatas lagi. dan baru pada detik itulah gue kepikiran untuk merekam adegan 'nggak biasa' ini dengan handycam kakak yang kebeneran lagi dititipin ke gue. dan ketika berlari mau ngambil handycam, gue baru tersadar kalau gue keluar cuman pake kolor dengan motif memalukan.

pinggiran kali dalam sedetik kemudian berubah menjadi kerumunan massa, jalanan langsung macet karena banyak pengendara motor yang menghentikan kendaraannya untuk menonton peristiwa ini. beberapa preman sigap ngelihat peluang ini untuk menjadi 'polisi' mengatur lalu lintas dengan satu tangan di tadahkan kearah sopir, sedikit memaksa untuk selembar ribuan.

suasana menjadi ramai, seperti ada pasar tumpah. beberapa pedagang bakso dan gorengan pun menyempurnakan suasana mirip pasar tumpah ini.

suasana drama-tragis, dalam beberapa menit kemudian berubah menjadi suasana dark-komedi karena penganggur2 dengan tampang yang 'cuci muka pun belum', mulai mengeluarkan celetukan2 konyol, mereka rupanya senang dengan keramaian ini. pagi menjadi sedikit bermakna, ada tontonan gratis! biasanya mereka masih terlelap dalam buaian bantal guling karena pengaruh alkohol semalam.

seorang warga bernama Onen dengan kocaknya berteriak,
" woi keluar woi...jangan di dalem terus..nih gue kasih gocap-an " dia berteriak ke arah kali sambil melambai-lambaikan uang 50 ribu-annya. semua penonton tertawa.

seorang anggota TNI lengkap dengan seragam dinasnya, bukannya melakukan penyelamatan malah menimpali lawakan yang dilontarkan bang Onen, dengan mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke bang Onen..

" eh, kamu yang kumisan..cepet nyebur! cari mayatnya! "

temen2nya sambil tertawa-tawa langsung mendorong-dorong bang Onen untuk segera nyebur, yang di tanggapinya dengan muka tersipu-sipu dan pura-pura merengek.

" ampun pak ampun..cuman kecil-kecilan pak..bandarnya orang Niger! "
semuanya kembali tertawa riuh.

nggak ada suasana tragis sama sekali. semua warga seolah terhibur dengan peristiwa ini. apalagi ketika mereka tahu, bahwa pria yang tenggelam bukan warga sendiri, bukan pula sanak kerabatnya. tak dikenal. Akhirnya suasana benar2 menjadi riuh-ramai-riang seperti pasar tumpah ditambah pementasan lenong Betawi dengan lakon pria tak dikenal yang putus asa, panggungnya adalah kali kotor penuh sampah dan warga kampung adalah penonton lenongnya yang terkenal suka nyeletuk itu.

beberapa saat kemudian tim penyelamat dari Marinir datang membawa perahu karet. Personel muda dengan peralatan rescue ala kadarnya yang datang, nggak bawa tabung oksigen apalagi peralatan selam. Cuma tambang dan bambu panjang saja. Penonton kembali menyoraki.

“ ini mah bukan pasukan katak yang datang, tapi pasukan bebek..” gerutu pak syarif yang perantau asal Palembang dan punya usaha empek-empek.
Dan bang Onen pun kembali beraksi,
“ woiii..nyemplung woiii nyempluuung!! “

Ramai sekali. Gue sendiri dengan lagak bak wartawan professional mulai beraksi dengan handycam. Rupanya memegang handycam pada peristiwa seperti ini membuat seseorang mudah mendapat keistimewaan, contohnya gue, yang mudah sekali mendapat angle yang bagus karena seseorang dengan sukarela membantu gue menyibak kerumunan massa sambil memerintah massa yang lainnya,

“ minggir..minggir ada yang mau ambil gambar..mau dimasukin tipi!! “ ajaib, kerumunan memberi jalan, dan gue bebas mencari posisi paling wuenak buat ngambil gambar sambil pura-pura sok sibuk memencet-mencet tombol handycam ( biar kelihatan keren hehe ),

Di tengah kali, setelah beberapa lamanya mencari dengan bambu panjang tanpa hasil dan mungkin juga karena udah nggak tahan disoraki penonton salah satu dari personel marinir itumemutuskan untuk nyemplung ke air. Itupun nyemplung tanggung, karena tangannya masih bergayutan di perahu karet. Usaha ini membuat sorakan penonton semakin kejam meledek mereka.

Namun beberapa menit kemudian, keriuhan mendadak berhenti, ketika personel yang nyemplung itu berteriak ke rekannya..
“ aku dapat tangannya!!”

Bergegas rekannya membungkuk dan mencelupkan tangannya ke dalam air, ketika di angkat..terangkatlah tubuh pria tak dikenal itu dari dalam air..sudah menjadi mayat tentu saja. Keriuhan kembali pecah, kali ini banyak yang menyebut nama Tuhan. Dan sedetik kemudian tepuk tangan lah yang membahana seperti adegan dalam film ketika sang hero dengan gagah berani berhasil menyelamatkan kota dari serbuan monster.

Petugas segera mencari identitas ‘sang lakon’ dari sakunya, namun nihil. Sakunya kosong. Beberapa orang mencoba mengenali wajah sang pria, namun tak ada seorangpun yang mengenalnya. USO. Unidentified Sinking Object. obyek tenggelam tak dikenal.

Seorang petugas yang sepertinya professional meneliti mayat itu dengan seksama, dan setelah beberapa saat, dia berkata pada rekannya. Kata-kata yang biasanya gue temui ketika membaca novel Agatha Christie..

“ lihat telapak kaki orang ini kasar, lecet-lecet dan melepuh…dia pasti kebanyakan berjalan kaki di aspal tanpa alas kaki, sepertinya dia adalah gelandangan…”

Mendengar itu gue pun dengan sok berlagak wartawan kriminal, mengambil gambar telapak kaki mayat itu diiringi tatapan heran bapak2 petugas, mungkin pikirnya..
” ini wartawan dari media manaa kok dekil amat..paling2 dari harian Lampu Merah..”
Gue cuek aja sambil menggerutu dalam hati,
“ ini wartawan Jalur Bebas zine goblok..media ter keren sepanjang masa! “
dan kaki mayat itu memang kasar, lecet-lecet dan melepuh.

Pertunjukan lenong bubar ketika Ambulance datang menjemput mayat pria itu dan membawanya entah kemana, ( tentu saja ke Rumah sakit, bodoh! )
massa mulai meninggalkan TKP sambil membicarakan kejadian barusan, sudah pasti semuanya mengaku yang paling tahu. Komentar-komentar instant pun bertebaran dari mulut-mulut warga seperti buih-buih sabun, menggelembung, melayang-layang dan pecah diudara begitu saja.

“ huh! Bunuh diri aja susah-susah amat bikin macet jalan! Kenapa gak minum racun aja di kamar? Sialan!! “ gerutu seorang pengendara motor.
Ada juga yang melawak,
“ usia kamu 35 tahun kan?, belum menikah, kerjaan nggak jelas, hidup nggak teratur..udah nyemplung kali aja! “
Hahahaha riuh tertawa warga meledak. kali ini entah kenapa, gue ikut ketawa mendengar lawakan itu, teringat iklan-iklan paranormal di televisi hihihihi

Satu jam kemudian, kehidupan kembali ‘normal’. Lalu lintas kembali hidup. Warga kembali beraktifitas memburu rupiah. Penganggur2 kecewa karena tontonan gratisnya sudah selesai, dan preman2 terlihat kurang puas dengan hasil yang didapatnya dari menjadi ‘polisi’ dadakan.

Hanya beberapa anak-anak yang masih menatapi titik di mana peristiwa tadi terjadi. Selebihnya, semuanya kembali ‘normal’ seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Siapa pria tak dikenal itu dan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia menolak ditolong? Adakah dia seorang pria yang lelah berjalan ribuan kilometer di aspal dan yang di dapatnya hanya ketiadaan harapan? lalu memutuskan untuk mengakhiri keputus-asa-annya dengan menenggelamkan diri? Apakah kehidupan dan dunia sudah demikian mengerikannya sehingga dia kalap?

Kenapa dia memilih mati dengan menceburkan diri ke kali di tengah2 keramaian warga? Apa itu usaha terakhirnya untuk mendapatkan perhatian? Ataukah itu sebuah aksi demontrasi protes terhadap susahnya kehidupan dengan cara yang radikal-emo-personal ?

Sejujurnya, tak ada seorang pun yang perduli.

50 Ribu Orang Indonesia Bunuh Diri Tiap Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar