Laman

MY NEAR DEATH EXPERIENCE (PART 1)



Dodo menganggukkan kepala kearah kita semua, lalu mengangkat carrier dan kembali menggendongnya. Itu adalah isyarat bahwa waktu istirahat 5 menit kami sudah habis. Teman yang lain gue lihat agak malas juga untuk memulai kembali pendakian, udara sangat dingin, menusuk tulang, menembus 3 lapis kaos, 1 sweater dan raincoat yang gue pakai. dan setelah sekitar 6 jam mendaki, kami mulai merasa sangat kecapaian. Tapi, apa mau dikata..jatah waktu istirahat kita cuma 5 menit setiap 30 menit sekali.

“ berhenti terlalu lama di tengah pendakian..bisa berakibat fatal..dingin akan membekukanmu, satu –satunya cara yang membuat darah tetap mengalir dan membuat panas ditubuhmu adalah tetap berjalan..selambat apapun, tetap berjalan..jangan terlalu lama berhenti..cukup 5 menit! “

Begitulah briefing yang diberikan Dodo, salah seorang kawan kami yang sudah berpengalaman dalam urusan mendaki gunung. Maka, kami menurutinya.

Pendakian yang diawalnya begitu ceria ini, mulai terasa begitu melelahkan di bagian tengahnya. Kami tak mampu lagi saling salip dan menggoda satu sama lain. Tas carrier berisi perbekalan yang pada awal perjalanan, gue begitu senang bisa menggendongnya, ( keren ajah gitu hehe rasanya seperti menjadi petualang sejati layaknya di iklan rokok. )



KAYA GINI LOH HEHE




Image and video hosting by TinyPic



namun ditengah2 pendakian satu-satunya benda yang ingin gue buang ke jurang adalah tas sialan ini, berat banget!

belajar dari pengalaman ini gue menyarankan buat kalian yang berencana juga untuk melakukan pendakian gunung untuk tidak membawa terlalu banyak perbekalan ke dalam satu tas. di atas nggak ada keren-kerenan tau! kecuali kalo cuma mau camping, hiking atau sekedar travelling bolehlah pake tas carrier dan angkut semua isi rumahmu kedalamnya haha untuk naik gunung, bawa saja secukupnya, pake daypack juga muat sebenernya. air terutama, persiapkan secukupnya. apalagi, jika gunung yang kita daki tak mempunyai mata air di atasnya.



kembali ke cerita...
Puncak rasanya tak tercapai, padahal kami sudah berjam-jam mendaki, entah sudah di ketinggian berapa, tapi kami tak lagi menjumpai trek landai yang Dodo menyebutnya sebagai trek ‘’bonus’, trek yang kami dapatkan hanya mendaki dan mendaki..no bonus anymore..di beberapa titik seperti ‘tanjakan S’, trek bahkan nyaris vertikal setinggi sekitar 7 meter, sehingga disitu sudah ada tambang yang bisa digunakan untuk berpegangan dan memanjat..batang pohon-pohon besar yang tumbang, mulai sering didapati melintangi jalur pendakian, pohon2 itu seperti tidak rela kami hendak menjamah puncaknya, sekuat tenaga berusaha mengusir kami..kami bertekad tak menyerah dan terpaksa merayapi dulu batang pohon itu untuk bisa meneruskan pendakian. trek yang seperti ini sungguh membuat kami sering kelelahan. Mental memang menjadi sedikit down, Dodo mengetahui itu, namun dia menyemangati kami dengan berkata :

“ tinggal sebentar lagi, pasti nyampe kok, kita udah di daerah puncak..kamu pengen ga berdiri di atas awan?..”

Seperti suntikan doping, kami kembali sedikit bersemangat. Apalagi ketika kami berpapasan pendaki lain yang sedang turun, juga mengatakan hal yang sama :

“ puncak sebentar lagi..semangat ya!!”

Namun, pada akhirnya kami tahu mereka semua berbohong. Setiap berpapasan dengan pendaki yang turun, mereka mengatakan hal yang sama, dan setelah berjam2 lagi kami mendaki, puncak tak kunjung terlihat. Mereka hanya menyemangati saja rupanya.

…………………………………………………………………………………………………………………

Dan kami akhirnya tiba pada puncak titik lelah.

Sudah lebih dari 5 menit kami menggeletak sekenanya di pinggir jalur, namun Dodo tak kunjung memberikan komando nya untuk kembali berjalan. Apakah akhirnya Dodo memaklumi ke lelahan kami dan memberi waktu istirahat agak lama? Sungguh gue mulai merasa agak susah berfikir. Pernah baca dalam bukunya JOHN KRAKAUER 'INTO THIN AIR'
di ketinggian tertentu diatas gunung dengan hawa dingin ekstrem dan menipisnya oksigen, pasokan darah yang mengalir ke otak menjadi berkurang, itu akan membuat daya fikir manusia normal menjadi seperti kualitas daya pikir anak-anak yang terbelakang ( idiot ). Dan memang itulah yang gue rasakan, blank, tak mampu berfikir, semakin lama gue merasa sudah tidak berada di bumi lagi, tp disuatu tempat yang tidak bisa otak gue deskripsikan.

Udara dingin membuat gue semakin menggelungkan tubuh seperti udang, samar-samar gue masih bisa merasakan kaki pendaki lain yang melangkahi sebagian tubuh gue yang rupanya menghalang jalur pendakian. namun, gue tak peduli..dan para pendaki lain di titik ini juga seperti tak mempedulikan kami. mereka sama-sama kelelahan.
namun masih ada sedikit kesadaran di kepala gue untuk mencoba melihat bagaimana keadaan teman2 yang lain..semuanya sama seperti gue,tergeletak sekenanya dengan tubuh menggelung seperti udang..termasuk diantaranya adalah Dodo! Oh...istirahat ini sudah terlalu lama, gue blank, tak mampu berfikir, dingin yang sebelumnya sangat menusuk, kini malah tidak terasa, …gue merasa gue akan tidur selamanya disini….

…………………………………………………………………………………………………………………

BERSAMBUNG.. Image and video hosting by TinyPic


1 komentar:

  1. Walah.. ceritanya kok serem gitu.. mana dibikin bersambung lagi.. hrrr..

    BalasHapus