Laman

BUCKET LIST




BUCKET LIST
Director:
Rob Reiner
Writer (WGA): Justin Zackham (written by)
Release Date:27 March 2008 (Singapore)
Genre:
Comedy Drama
Cast : Jack Nicholson ( Edward Cole ), Morgan Freeman ( Carter Chambers ), Sean Hayes ( Thomas )



spoiler




“ banyak orang telah mati sebelum benar-benar hidup, aku hanya ingin hidup sebelum benar2 mati..”
Barangkali kalimat yang selalu menyertai setiap email dari Pam inilah yang cocok untuk menggambarkan film ini.



Edward Cole ( Jack Nicholson ) seorang milyuner CEO sebuah rumah sakit, setelah sekian lama mengidap kanker otak, tiba-tiba menemui kenyataan, hidupnya divonis dokter hanya bisa bertahan sekitar 6 bulan lagi.
Diruang kemoterapi dia satu kamar dengan Carter ( Morgan Freeman ) yang juga tanpa sengaja mengalami nasib yang sama. Umurnya diperkirakan gak bakal lama lagi.
Diruang inilah..karena kesamaan nasib, mulai tercipta jalinan persahabatan diantara keduanya.

Ternyata latar belakang keduanya sangat berbeda. Carter, adalah seorang montir miskin namun mempunyai keluarga bahagia dan istri yang sangat menyayanginya, sementara Edward bener2 seorang Milyuner namun begitu dia 4 kali gagal membangun rumah tangga, kurang bahagia dan sangat kesepian.

Suatu kali Edward melihat Carter sedang menulis2 sesuatu di secarik kertas, yang mana ternyata itu adalah ‘Bucket List’ yaitu semacam daftar keinginan yang ingin dilakukan seseorang selama hidup.

Tentu saja Carter menulis itu sekedar iseng2 nggak serius, Namun Edward punya ide lain. Karena kemudian diapun menambahkan daftar Bucket List tersebut, dan mengajak Carter untuk melakukan semua yang tertera didalamnya.

Dengan semua kekayaan Edward yang berlimpah, semua impian itu menjadi mungkin untuk dilaksanakan.
Maka, dimualaih petualangan dua kekek-sekarat ini memenuhi impian2 hidupnya yang membuat gue sangat iri. Seperti melakukan terjun payung, mengendarai Shelby Mustang dan ngebut gila-gilaan, bercengkerama di puncak Piramida, jalan2 ngeliat Taj Mahal, ngebut di tembok Cina, berpetualang di Afrika, dan bahkan mendaki Himalaya!

Di akhir cerita ketika mereka sedang di puncak petualangan, tiba2 ada yang membuat Carter ingin menyudahi perjalanan itu dan kembali pulang ke Amerika. Alasan Carter jugalah yang ( setelah mengalami sedikit konflik ), membuka hati Edward untuk dapat memahami dan menemukan dimana kebahagiaan sejati yang dirasakan Carter sebelum dia benar-benar meninggal.

………..
………..
Well, walaupun cerita filmnya nyaris seperti film2 produksi Disney, sarat dengan pesan moral dan petualangan yang bak dongeng saja, gue suka film ini. Karena bikin gue mikir ‘apa sih yang udah gue lakuin di umur gue yang udah segini?’ dan bikin gue ingat ketika beberapa tahun silam gue ada di tepian pantai Kukup, Yogyakarta waktu itu gue terbengong dan berucap dalam hati “ ya Tuhaan, kalo Anda ingin mencabut nyawa gue sekarang, gue ikhlas dehh “ hehe

Agaknya gue punya sedikt kesamaan dengan Edward dalam film ini dimana dia beranggapan bahwa hidup adalah melakukan petualangan-petualangan, lihat bagaimana gembiranya dia ketika melakukan terjun payung…” ini baru namanya hidup!!”

jiwa dengan hasrat bebas yang bergelora namun sebenarnya kesepian.

……….

Seandainya nggak ada Jack Nicholson dan Morgan Freeman bisa dipastikan film ini akan menjadi film yang biasa-biasa saja. Dua veteran-legendaris itu berhasil meng-hidup-kan film ini dan membuat gue berkata, ‘mengesankan’, walau memang bukan film yang masuk kategori ‘bagus’ atau ‘keren’.
Mengesankan = predikat subyektif untuk sebuah film yang setelah gue tonton nggak gampang terlupakan begitu saja

Lagian dimana lagi kita bisa ngeliat ‘penampakan’ bungkus Kopi Luwak lengkap dengan tulisan ‘Asli Sumatra’ dan mendengar Jack Nicholson mengucapkannya dengan lafal yang lucu..” its call…ko-pi-luu-waak “ hahahahaha


1 komentar: