Jika kamu mempunyai hobi mengabadikan momen dengan kamera, apa yang akan kamu lakukan jika menemukan momen tragis. Seorang korban peledakan bom tergeletak sekarat berlumuran darah misalnya.
Sibuk mengambil foto korban dari berbagai angle dengan pikiran foto kamu akan berharga mahal, atau segera melupakan kamera dan segera membantu korban?
Saya masih tidak habis pikir ketika menyaksikan tayangan tragedi bom J.W marriot dan Ritz-Carlton beberapa waktu silam. Seorang bule dengan tubuh penuh luka, menjadi obyek beberapa fotografer-dadakan tanpa ada satupun yang berinisiatif membawanya cepat ke rumah sakit. Padahal dalam tayangan TV, suara rintihan korban yang meminta pertolongan cukup keras terdengar dan terlihat pula ada sebuah ambulance terparkir tidak jauh darinya. Seperti kita ketahui bersama, bule itu -yang ternyata adalah bos PT.Holcim- akhirnya tewas, karena terlambat mendapat pertolongan
Saya memang tidak mengerti seluk beluk jurnalistik, karena mungkin saja sang photographer akan berkilah bahwa foto yang dihasilkan dari kameranya juga merupakan ‘pertolongan tidak langsung’ karena mereka mengabarkan kepada dunia atas apa yang sedang terjadi.
…………….
Dan, dalam dunia photo-jurnalistik memang pernah ada seorang Photographer yang karya foto-nya pernah demikian menggemparkan sekaligus membuka mata dunia pada tahun 1993 ketika foto itu pertama kali dipublikasikan di New York Times
Photographer sekaligus jurnalis itu bernama Kevin Carter
Awalnya dia pergi ke Sudan untuk tugas meliput perang dan pergolakan politik yang sedang terjadi. Namun sesampai disana dia justru lebih tertarik mengabadikan foto-foto tentang kemiskinan dan kelaparan yang melanda jutaan rakyat Sudan dengan sangat dahsyatnya.
Inilah foto hasil jepretan Kevin Carter yang mengharu-biru dunia itu :
WANTING A MEAL
Dalam foto terlihat seorang anak kecil tengah berhenti sejenak setelah merangkak -karena kelaparan- menuju kamp food-center PBB yang berjarak sekitar 1 kilometer dari tempatnya. Dramatik-tragis-horror nya, ketika seekor burung pemakan bangkai juga terlihat di belakang seakan sedang menanti ajal sang anak kecil untuk dapat menikmati dagingnya.
Konon, Kevin Carter sempat menunggu 20 menit untuk mendapatkan gambar burung nadzar ini mengembangkan sayapnya agar fotonya lebih dramatis. Namun itu tak terjadi, dan akhirnya dia langsung mengambil gambar.
Foto ini mendapatkan penghargaan Pullitzer Prize pada tahun 1994.
Namun seiring dengan kesuksesan Kevin Carter menerima penghargaan yang membuat namanya melambung, banyak kalangan juga yang mempertanyakan sisi moral-kemanusiaan Carter.
Mereka berpendapat Carter seharusnya menyelamatkan anak itu, bukan sekedar sibuk menekan shutter. Memang, nasib anak kecil itu tak pernah ada yang tahu…karena Carter pergi meninggalkan tempat itu setelahnya!
SPOILER
3 bulan setelah penghargaan itu….
mungkin karena tak kuat menanggung protes dan cercaan masyarakat, juga karena dihantui tragedi-Sudan, penyesalan, perasaan bersalah yang semakin menghebat, …Carter memutuskan mengakhiri hidup di kamarnya dengan menenggak racun. Tragis.
Saya memang bisa memahami depresi yang dialami Kevin. Mengingatkan saya pada Najwa Shihab yang pada saat liputan tsunami di Aceh pun terlihat begitu frustasi. Begitu banyak tangan yang memohon bantuan kepadanya, namun dia tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya dia melaporkan pandangan mata sambil terisak menahan emosi.
Kembali ke Kevin Carter, Kisah tragisnya segera menginspirasi Manic Street Preachersuntuk membuat lagu berjudul ‘Kevin Carter’.
Download lagunya disini.
Manic Street Preachers-Kevin Carter
Dan ini ada video klip nya.
Dibawah ini adalah karya foto-fotonya di Sudan yang lain dan tak kalah tragis:
KEVIN 1
KEVIN 2
KEVIN 3
KEVIN 4
KEVIN 5
KEVIN 6
Kevin carter memang tidak membantu anak itu secara langsung, namun mata lensa nya berhasil menggugah dunia yang kemudian menghasilkan gelombang bantuan dari seluruh penjuru untuk ikut peduli pada apa yang terjadi di Sudan. Puluhan ribu nyawa terselamatkan.
Sekarang, bagaimana pendapat kamu tentang Kevin Carter?
Tetap menekan shutter atau matikan kamera dan membantu?
Akhirnya, saya mengambil kesimpulan..
Semuanya berpulang pada niat orang yang memegang kamera.
Tetaplah ambil gambar, jika menurut kamu itu bisa membantu,
namun pada saat seperti itu, sejenak lupakanlah tugas, pekerjaan, penghargaan, apalagi uang!
Dukung Food Not Bombs di kotamu!
Karena, makanan adalah hak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar